Bismillahirrahmanirrahim Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh DUA JALAN, DUA TUJUAN, NAMUN TEMAN YANG SEPERTI APA ? Bukankah kami telah memberinya sepasang mata...dan menunjukkan kepadanya dua jalan.(Q.S Al Balad : 8 dan 10)
Semua manusia mencari teman sejati. Mereka mencari untuk berbagi kebahagiaan, mencari orang yang bersedia membantu di saat mengalami kesulitan, menunjukkan jalan keluar ketika tidak sanggup menemukan apapun, yang mencintai dan menyayangi di setiap keadaan, yang setia, melindungi, menyikapi kesalahan-kesalahan dengan lemah lembut, dan yang tidak akan meninggalkan baik ketika sakit, sehat maupun ketika telah mencapai usia tua. Akan tetapi, terdapat dua jalan yang dapat dipilih seseorang dalam mendapatkan teman yang demikian. Yang pertama adalah jalan dari Yang Pengasih, sebuah ketetapan nilai moral (akhlaq) Al Qur’an yang dipilih mu’min karena ridhâ Allah. Sedangkan jalan yang lain adalah cara berteman yang didasari pada kepentingan dan keuntungan duniawi. Pertemanan yang menambatkan nilai moral : Seseorang harus mencintai orang lain semata-mata demi nilai moral yang sepantasnya. Inilah sebuah bentuk ketakutan dan kecintaan, keyakinan, keikhlasan, dan ketaqwaan seseorang kepada Allah. Di atas nilai luhur inilah pertemanan itu kekal dan akan mencapai karakter yang kuat. Pertemanan yang abadi : Teman sejati dimana setiap orang merasa membutuhkan dan mencarinya. Teman sejati adalah seseorang yang akan hadir baik disaat senang maupun susah, yang mengharapkan hal yang sama untuk temannya sebagaimana yang ia harapkan untuk dirinya, yang menginginkan temannya merasa bahagia seperti halnya yang ia inginkan untuk dirinya. Dialah orang yang menghindari perasaan-perasaan seperti iri, intoleran, dan permusuhan, yang mencintai orang lain dengan tulus dan selalu menginginkan yang terbaik untuknya. Pertemanan yang diarahkan pada akhirat : Prasyarat teman sejati mengarahkan kebahagiaan orang lain dunia akhirat. Satu sifat penting dari pertemanan ini adalah berkata dengan jujur dan terbuka, memberitahu kekeliruan keyakinan orang lain, dan dengan penuh kasih sayang menunjukkan cara untuk memperbaikinya. Hanya teman sejati yang benar-benar mencintai orang lainlah yang dapat melakukan ini. Pertemanan yang didasari rasa cinta dan hormat : Di lingkungan di mana orang hidup dengan moralitas Qur'ani, serta takut dan yakin pada Allah adalah nilai-nilai yang dengannya orang dapat benar-benar merasakan cinta dan hormat terhadap sesama. Cinta, kepercayaan dan kesetiaan yang dirasakan orang mu’min terhadap sesama dibentuk sepenuhnya menurut ikhtiar yang mereka lakukan di jalan Allah. Menggunakan apa yang dimilikinya untuk kebaikan hanya karena ridha Allah dan menjalankannya dengan teguh, maka ia akan mendapatkan cinta saudara-saudara muslim dan membuat contoh yang baik bagi saudara-saudaranya. Kesetiaan yang kuat akan meningkatkan cinta, pengabdian, dan kepercayaan satu sama lain. Oleh karena itu, jika pertemanan dan kedekatan dibangun atas ketakutan dan keyakinan pada Allah dan ada pada moral yang tepat, maka perubahan fisik yang disebabkan oleh penyakit atau usia tidak akan mempengaruhinya. Sebaliknya, justru kasih dan sayang yang besarlah yang akan dirasakan. Pertemanan yang didasari kejujuran : Kejujuran yang disertai ketulusan dan keikhlasan bermakna apa yang ada di luar diri seseorang (zhahir) sama seperti apa yang ada di dalam dirinya (bathin), sebuah cerminan dari apa yang ia rasakan dan alami di dalam hatinya. Maksudnya adalah berlaku ikhlas, terbuka dan jujur, mengungkapkan karakter seseorang yang sesungguhnya tanpa menyembunyikan pikiran dan perasaan yang sebenarnya, tidak menghitung apa yang telah diperbuat, atau mencoba tampil beda dari apa yang sebelumnya. Menurut nilai moral Al Qur’an, seseorang itu bernilai karena upaya untuk meningkatkan kejujurannya, dan teman serta orang-orang tercintanya mencintainya karena mereka tahu bahwa ia tulus terhadap mereka. “Temanmu (penolongmu) hanyalah Allah, RasulNya, dan orang-orang yang beriman, yang melaksanakan shalat, dan menunaikan zakat, seraya tunduk (pada Allah)". (Q.S Al Maiidah : 55 ) Pertemanan yang diganjari kesendirian : Hal ini terjadi pada orang-orang karena mereka gagal memetik nilai moral dalam Al Qur’an atau pedoman mereka, sehingga meskipun mereka merindukannya mereka tidak pernah dapat menemukan teman sejati. Itulah sebabnya seringkali mereka berkata “saya sangat kesepian,” “saya tidak memiliki teman di dunia ini,” atau “mereka telah meninggalkanku sendiri, jadi mereka hanyalah teman sesaat.” Pertemanan yang berdasarkan pada kedudukan dan martabat : Pertemanan yang dibangun di atas nilai-nilai seperti kekayaan, keindahan penampilan, martabat, dan kedudukan atau status sosial tidak akan pernah bertahan lama. Karena kelak terdapat perubahan pada nilai-nilai tersebut, sehingga pertemanan pun berakhir. Misalnya karena cacat, miskin, dan tak berdaya karena sebuah musibah. Pertemanan yang didasari persaingan : Orang yang memandang orang lain sebagai pesaing atau musuh, biasanya hanya mengatakan kesalahan-kesalahan orang lain. Karena biasanya mereka tidak ingin orang lain lebih baik dari dirinya, atau bahkan jika melihat ada kekurangan, mereka akan bersikap tidak jujur, tanpa khawatir hal ini akan merusak pertemanan, dan berkata, “kau orang yang sangat baik,” atau “kami mencintaimu apa adanya ”. Pertemanan yang didasari kepentingan diri sendiri : Orang yang hidup mengikuti kepentingan diri sendiri banyak mengalami fluktuasi psikologis selama masa hidupnya. Ia mungkin akan memudarkan keatraktifannya, jiwa mudanya, kesehatannya, dan kekayaannya. Ia melihat bahwa orang-orang yang pernah dibayangkan menjadi temannya ternyata tidak begitu memberikan arti ketika ia mulai lemah dan menua. Mereka, yang semula begitu dekat dan janji saling setia di saat-saat senang, menjadi begitu jauh sehingga tidak ingin lagi saling bicara atau bahkan mengenal satu sama lain. Mereka menganggap tidak ada lagi yang perlu dibagi, yang harus memberi nasihat, yang dapat dijadikan tempat untuk meminta pertolongan atau menaruh kepercayaan. Ia baru menyadari bahwa mereka yang ia anggap sebagai teman terdekat, ternyata meletakkan kepentingan pribadi di atas kepentingan pertemanan mereka. Pertemanan yang dikuasai oleh kegelisahan : Mustahil bagi orang yang tidak hidup di atas nilai moral (akhlaq) Al Qur’an dapat merasakan cinta sejati, hormat atau percaya terhadap sesama yang di saat bersamaan merisaukan kekurangan atau kelemahan moral masing-masing. Mustahil dapat benar-benar mencintai dan menghormati seseorang apabila ia mengetahui bahwa mereka itu berbohong dan munafik, memanfaatkan orang lain demi kepentingan mereka sendiri. Seseorang akan sadar bahwa meskipun ia berkata dialah teman terdekat mereka, ia sebenarnya bersikap dengan cara yang sama terhadapnya juga. “ Dan (ingatlah) hari ketika orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata : “ Wahai kiranya dulu aku mengambil jalan bersama-sama Rasul ! Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrabku. Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al Qur’an setelah Al Qur’an itu datang padaku. Dan adalah syeitan itu tidak mau menolong manusia '. (Q.S Al Furqan :27-29)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar